Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terburu-buru menilai seseorang hanya dari penampilannya, cara bicaranya, atau bahkan dari satu peristiwa yang belum tentu mencerminkan keseluruhan kepribadiannya. Islam, sebagai agama yang sempurna, mengajarkan kepada kita pentingnya bersikap adil, berprasangka baik (husnudzon), dan tidak tergesa-gesa dalam menilai orang lain. Pepatah barat mengatakan, “Don’t judge a book by its cover” — dan ini sangat sejalan dengan nilai-nilai dalam ajaran Islam.
Larangan Bersikap Su’udzon dalam Islam
Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur’an:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka (kecurigaan), sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain..." (QS. Al-Hujurat: 12)
Ayat ini secara tegas melarang kita untuk berprasangka buruk kepada orang lain. Mengapa? Karena prasangka buruk sering kali tidak berlandaskan fakta, melainkan hanya asumsi yang bisa menjerumuskan kita pada dosa dan kehancuran hubungan sosial. Bahkan, dalam tafsir para ulama, ayat ini menjadi landasan utama dalam menjaga kehormatan sesama muslim.
Sebuah Kisah dari Zaman Nabi
Terdapat sebuah kisah menakjubkan di masa Rasulullah SAW yang sangat relevan dengan tema ini. Suatu hari, seorang sahabat bernama Usamah bin Zaid diutus dalam sebuah peperangan. Dalam pertempuran tersebut, Usamah mengejar seorang musuh. Ketika musuh tersebut sudah tak berdaya dan menjelang dibunuh, ia mengucapkan "La ilaha illallah" — tanda masuk Islam. Namun, Usamah tetap membunuhnya karena ia mengira ucapan itu hanya sekadar siasat untuk menyelamatkan diri.
Ketika Usamah melaporkan hal itu
kepada Rasulullah SAW, beliau sangat marah dan bersabda:
"Apakah engkau membunuhnya
setelah dia mengucapkan 'La ilaha illallah'?"
Usamah menjawab, "Ya, karena dia mengucapkannya karena takut."
Maka Rasulullah berkata, "Apakah engkau telah membelah hatinya untuk
mengetahui niatnya?"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Peristiwa ini menjadi pelajaran besar bagi umat Islam: bahwa kita tidak pernah benar-benar tahu niat seseorang. Bahkan Rasulullah yang mendapatkan wahyu pun tetap mengajarkan untuk tidak gegabah dalam menilai orang lain.
Keutamaan Husnudzon
Bersikap husnudzon atau berprasangka baik adalah akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam Islam. Dengan husnudzon, kita menjaga hati dari penyakit dengki, iri, dan permusuhan. Kita juga akan lebih mudah menumbuhkan ukhuwah Islamiyah serta menjadi pribadi yang lembut dan penyayang.
Rasulullah SAW bersabda:
“Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka, karena prasangka adalah sedusta-dustanya ucapan. Janganlah kalian saling memata-matai, saling mencari-cari kesalahan, saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memperjelas bahwa prasangka buruk bukan hanya berbahaya bagi individu, tapi juga dapat merusak tatanan sosial dalam masyarakat Islam.
Penutup: Belajarlah Memahami, Bukan Menghakimi
Kita hidup dalam masyarakat yang beragam: latar belakang, kebiasaan, cara berpikir, dan cara berpenampilan setiap orang berbeda-beda. Namun, Islam mengajarkan kita untuk melihat lebih dalam, memahami sebelum menghakimi, dan menilai seseorang bukan dari penampilannya, tetapi dari akhlaknya dan keistiqamahannya.
Jadi, sebelum kita terburu-buru
menilai seseorang dari apa yang terlihat, mari kita ingat: "Don't judge
a book by its cover." Karena mungkin di balik tampilan luar yang
sederhana atau bahkan "tidak sesuai harapan", tersimpan hati yang
bersih, niat yang tulus, dan keimanan yang kuat.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Oleh: Bayu Dwi Cahyono, M.Pd. / Sekretaris PCM Kembaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar